Senin, 29 Juni 2015

Day-Dream

Kala itu pikiranku melayang ke dunia antah berantah. Entah apa yang aku pikirkan. Yang pasti, aku memikirkan dia. Iya, dia yang sangat sempurna. Kemana mata ini memandang selalu terlukis wajahnya. Kemana pikiran ini melayang selalu padanya. Kemana hati ini berpaut selalu padanya juga. Sayangnya, Mata ini tak cukup mampu menangkap seluruh rupanya. Otak ini tak mampu menampung segala memori tentangnya, Hati ini tak memiliki ruang yang cukup untuk menjadi persinggahannya. Segala keterbatasanku tak akan mampu menampung segala ketidakterbatasannya. Aku mencoba menghentikan pikiran liar ini untuk berhenti memikirkannya. Tapi apa daya, otakku tak bisa dihentikan dari rasa penasarannya yang besar. Aku rasa otak ini bukan sekedar penasaran padanya, tapi otak ini ingin menguji seberapa besar kemampuannya menangkap segala memori tentangnya. Ya, kuturuti saja kemana otak ini ingin berusaha. Aku yakin, sebentar lagi dia akan mengangkat tangan tanda menyerah pada keadaan. Lalu mata ini pun seolah beradu dengan rasa ingin tahu otak yang begitu besar. Lirikan liar yang dilakukannya membuatku salah tingkah dengan sekelilingku. Mata ini begitu nakal melirik segala sesuatu yang dipandangnya sebagai petunjuk keberadaannya. Mengendalikan tingkah liar mereka, membuatku lupa akan keberadaan sang hati yang paling dalam. Aku pikir, karena keberadaannya yang dalam membuat rasa penasarannya terkubur dalam juga. Tapi ternyata aku salah. karena kenyataannya justru dialah dalang dari segala tingkah liar sang otak dan mata. Rasa penasaran mereka yang besar ternyata muncul dari dalam hati. Aku menyesal mengabaikan kekuatan sang hati dalam mengendalikan sesuatu. Kini tenagaku sudah cukup terkuras untuk mengendalikan otak dan mata, sehingga aku tak mampu lagi mengendalikan tingkah liar sang hati. Aku membiarkan dia semakin menjadi-jadi dan mengendalikan segala organ tubuhku. Kini dia bukan hanya mengendalikan otak dan mataku, namun semua organ tubuhku berada dalam kendalinya. Aku bagaikan seonggok daging tak berarti. Kini, sosok yang aku dambakan sudah tak sesempurna yang aku bayangkan sebelumnya, karena begitu liarnya mereka mengendalikan daging tak berarti ini, sehingga tak mampu lagi melukiskan dia yang begitu sempurna. Akhirnya aku tersadar dari lamunanku. Aku kini sadari bahwa sejatinya tak ada yang sempurna di dunia ini selain daripada DIA. Bahkan di dunia alam bawah sadarku pun aku tak mampu melukiskan dia yang kuanggap sempurna. Hanya DIA seorang, ya DIA!!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar