Perasaan ini semakin dalam rasanya.
Entah kenapa, perasaan yang dulu pernah aku
rasakan dan telah aku kubur dalam-dalam, kini muncul kembali dan semakin
menjadi-jadi. Aku tak tahu kepada siapa aku harus menyampaikannya. Mereka yang
dulu menjadi tempatku berbagi rasa, kini telah jauh dan telah sibuk dengan
kegiatannya masing-masing. Sangat tidak mungkin jika aku menyampaikan langsung
apa yang aku rasakan ini pada yang bersangkutan. Mau ditaruh dimana muka ku
nanti. Apalagi aku seorang wanita, sangat tabuh untuk mengungkapkannya terlebih
dahulu. Mungkin sebagian orang akan mudah mengungkapkan hal itu, tapi bagiku
itu akan menjadi aib yang bisa kubawa seumur hidupku. Kebersamaan dan pertemuan
kami yang intens menjadi pemicu munculnya perasaan itu kembali. Aku sangat
bersyukur dengan kesempatan ini. Tapi, yang aku sesali adalah dimana aku merasa
tersiksa dengan perasaan ini juga. Aku berusaha mengabaikan perasaan ini, tapi
aku tidak dapat menipu diriku sendiri bahwa sebenarnya aku sedang berusaha
mendapatkannya. Sering ku mencuri pandang padanya. Aku berusaha menarik
perhatiannya padaku. Aku berusaha untuk selalu menahannya agar memperpanjang
waktu kebersamaan kami. Memandangnya menjadi aktivitas yang paling aku gemari
dan bercanda dengannya merupakan percakapan yang selalu aku idam-idamkan dalam
hidupku. Dia begitu mempesonaku dan begitu menghipnotisku. Mendapatkan tatapannya
saja bisa membuatku memegang rekor menahan kedipan terlama di dunia. Mendapat kesempatan
memegang tangannya beberapa detik saja telah membuat jantung dan otakku membeku
dan berhenti bekerja. Jiwaku seperti terpisah dari ragaku. Pikiran-pikiran
logis sudah tidak aku miliki lagi. Yang ada dalam hati dan pikiranku hanya doa
sederhana namun penuh harap dan iman bahwa aku ingin menggenggam tangannya
lebih lama dari ini. Aku ingin menggenggamnya seumur hidupku. Dalam beberapa
detik, doa itu saja yang kuucapkan berulang-ulang.
Aduh,, cukup sudah!!!!
Mau sampai kapan aku terus berkhayal?
Mau sampai kapan aku terus berharap?
Aku mencoba untuk menikmati masa-masa yang paling
indah ini.
Tapi lagi-lagi, aku sadar bahwa jurang pemisah di
antara kami begitu dalam. Status sosial kami begitu berbeda. Pijakan kami di
dunia ini berbeda. Dia seperti berada di atas angin dan aku berada di dasar
bumi paling dalam. Lagi-lagi aku merasa tidak pantas baginya. Aku bukanlah
tipenya. Aku hanya secuil debu di matanya.
Ya Tuhan, apa aku berdosa jika menaruh perasaan
ini baginya? Apa ini yang Engkau ingin aku rasakan? Kok rasanya tidak adil ya
Tuhan?
Apakah dia orangnya? Aku butuh penjelasanmu Tuhan.
Aku tidak bisa menyimpulkan sendiri dan aku tidak ingin membuang waktu akan apa
yang tidak bisa menjadi milikkku. Mau sampai kapan aku tersiksa dengan
perasaanku sendiri Tuhan?
Jika memang perasaan ini berasal dari-Mu,
kuatkanlah aku. Jika bukan berasal darimu, maka biarkanlah perasaan ini mati
dan hilang, Tuhan.
Aku menyerah dan pasrah L
Tidak ada komentar:
Posting Komentar