Di sela-sela kesibukanku dengan
persiapan sidang skripsi ini, aku ingin menuliskan sesuatu yang mungkin sulit
aku jelaskan pada orang-orang di sekitarku. Bukannya aku tidak mempercayai
mereka, tapi aku benar-benar tidak tau harus memulai cerita dari mana dan aku
tidak yakin mereka akan mengerti arah pembicaraanku nanti.
Aku memiliki sisi dalam diri yang
tidak bisa ku kendalikan. Bisa dibilang, ini adalah sisi gelapku. Perasaan yang
aku miliki terhadap seseorang sering kali mengendalikan seluruh jiwa dan
ragaku. Aku rasa aku sudah cukup umur untuk merasakan apa yang dinamakan jatuh
cinta. Tetapi aku salah. Aku menyadari bahwa ketika aku tidak bisa
mengendalikan apa yang aku rasakan, maka sesungguhnya aku belumlah siap untuk
merasakan jatuh cinta itu. Sesungguhnya aku sangat sulit untuk jatuh cinta pada
seseorang. Tapi, ketika sekali saja aku sudah bisa merasakan itu, maka akan
sulit bagiku untuk melupakan perasaan itu begitu saja. Itulah yang aku rasakan
saat ini. Tidak ada yang salah memang dengan perasaan itu. Namun, kesalahan
justru terletak pada orang yang aku sukai. Bukan bermaksud mengkambing hitamkan
nya atau membenarkan diri ku. Tapi karena memang kenyataannya seperti itu. Aku seperti
terjebak pada asumsi banyak orang bahwa jatuh cinta itu enak, bahkan t*i kucing
rasa coklat. Yang aku rasakan malah sebaliknya, coklat rasa t*i kucing. Tapi,
sebenarnya dia juga tidak sepenuhnya salah. Saat ini, kita memang berada begitu
dekat. Tapi, keadaan dan jarak diantara kita yang terlalu jauh. Dia terlalu
jauh untuk ku jangkau. Strata kami begitu jauh berbeda. Terkadang aku merasa
begitu berani untuk mendekatinya. Tetapi terlalu sering aku merasa tidak pantas
bersamanya. Kadang merasa yakin bahwa dia memang tercipta untuk ku, tetapi
tidak jarang juga merasa bahwa dia tercipta untuk orang yang memang pantas untuknya.
Sakit!! Ya, sangat!! Ketika semua hal dapat aku ubah, namun keadaan justru
tidak dapat aku ubah sedikitpun, disitu aku merasa dunia tidak berpihak padaku.
Ribuan penyesalan berkecamuk di pikiranku, terutama penyesalan akan keadaan ku
saat jatuh cinta padanya. Aku merasa seperti orang mati yang bernafas. Paham ‘perbedaan
itu indah’ kadang sedikit menghiburku ketika aku mulai membandingkan diriku
dengannya. Tapi aku berpikir lagi, akankah menjadi indah ketika perbedaan kita
menyatu? Mungkin paham itu tidak berlaku untuk kita. Aku terlalu pesimis dengan
perasaan ini, karena perasaan ini benar-benar membuatku mabuk kepayang. Andai saja
kamu memberikan sedikit saja signal positif untuk merespon perasaan ku, aku
yakin aku akan sepenuhnya optimis dan mampu menghadang semua perbedaan yang
membatasi kita. Tapi sayang, itu hanya hayalanku saja. Mungkin memang benar
asumsiku, aku tak akan pernah memilikimu. A~G
Tidak ada komentar:
Posting Komentar