Sabtu, 07 November 2015

Perjalanan Meraih S.Par

Hai, ketemu lagi nih. Wah, kelihatannya blog ini sudah mulai berdebu deh.
Sebenernya ide untuk menulis itu sudah ada, tapi biasalah ngumpulin niat itu yang susah.
oke, mumpung sekarang niatnya udah ada, aku mau nulis sesuatu nih.
Yup, bulan September menjadi bulan penuh berkat bagiku (bukan berarti bulan lainnya tidak ada berkat ya). Bagaimana tidak? Dibulan itu aku bisa menuntaskan pendidikanku di tingkat strata 1. Woow, rasanya amazing banget. Perjalananyang aku tempuh sampai ke tahap itu, tentunya tidak mudah. Banyak proses yang dilewati. Mulai dari mengajukan proposal penelitian yang sudah mulai dibuat pada awal semester 8 yaitu bulan januari. Proposal itu akhirnya bisa diujikan pada 26 Februari 2015. Setelah itu, harusnya penelitian sudah bisa dimulai. Tapi, sama seperti menulis blog ini, yaitu ngumpulin niat itu susahnya minta ampun. Alhasil, 2 bulan berlalu begitu saja tanpa menghasilkan progres yang berarti. Aku pikir, mau jadi apa penelitianku kalau dibiarkan begitu saja seperti ini? Akhirnya pada bulan Mei aku memutuskan untuk mulai melakukan penelitian. FYI, penelitianku berlokasi di Jembrana Bali Barat, tepatnya di Desa Blimbingsari. Sedikit info ya, Desa Blimbingsari ini adalah salah satu desa wisata yang ada di Bali, dimana seluruh penduduknya beragama Kristen Protestan.
Proses penelitian berlangsung dengan sangat baik. Baik narasumber dan dosen pembimbing, semuanya sangat membantu proses penelitianku. Padahal kalo denger cerita orang-orang yang udah ngelewatin masa itu, mereka menggambarkan cerita horor dibalik penelitian dan penulisan skripsi.
Proses mencari informasi pada narasumber berjalan dengan baik, begitupun dengan proses bimbingan dan revisi. Semuanya berjalan dengan sangat baik. Setelah semua itu terlewati, akhirnya tibalah saatnya untuk menghadapi ujian skripsi.
Wooww, inilah salah satu fase yang paling mengkhawatirkan bagi setiap mahasiswa tingkat akhir. Banyak juga cerita horor dan mencekam dibalik ujian skripsi. Gambaran dosen yang begitu baik, tiba-tiba muncul menjadi sosok yang sangat menakutkan. Namun, bagaimana pun, fase ini harus dilewati, suka atau tidak suka, mau atau tidak mau. Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. 27 Juli 2015 menjadi hari bersejarah bagiku. Semua gambaran yang menakutkan tentang ujian skripsi itu ternyata hanyalah cerita. Memang awalnya sangat deg-degan, tapi akhirnya bisa berjalan dengan baik. Cercaan pertanyaan demi pertanyaan dari dosen pun datang bertubi-tubi awalnya. Tapi bersyukurnya semua bisa terjawab dengan baik dan cukup memuaskan. Karena hujan pertanyaan yang aku dapat diawalnya, sehingga dosen penguji yang selanjutnya kehabisan pertanyaan dan hanya memberikan saran saja. Ahhhh,, akhirnya selesai juga ujian skripsi.
Selesai ujian skripsi, seperti biasa, ritual pembacaan hasil ujian.
Hasil ujianpun dibacakan dan betapa bahagianya hasil yang kudapatkan yaitu aku dinyatakan lulus dengan predikat Cum Laude dengan IPK 3,58. Woooww,, senang banget dengan hasil itu. Saking senangnya saat itu aku tiba-tiba merasa kenyang dan tidak ingin makan, padahal kalo boleh jujur saat itu perut sedang kosong-kosongnya. Tahap itu telah selesai akhirnya dilanjutkan dengan revisi-revisi untuk memperbaiki beberapa bagian yang salah.
Setelah semuanya selesai dilengkapi, akhirnya aku mulai mempersiapkan berkas-berkas untuk mendaftarkan wisuda. Wisuda kali ini ada batas kuotanya, sehingga kami yang sudah selesai sidang skripsi berlomba-lomba merebut sisa kuota yang ada. Di detik-detik terakhir tepatnya saat ulang tahunku tanggal 11 Agustus 2015, aku dan temanku Inten mendaftarkan diri untuk mengikuti wisuda bulan September. Pada saat itu, kuota yang tersisa hanya 28 orang saja. Akhirnya kami langsung menuju rektorat untuk menyetor berkasnya dan akhirnya kami masih mendapat kuota tersebut. huaaahhh,, akhirnya yaa..
Setelah sudah tahu pasti mendapat jatah wisuda, akhirnya kami mulai mempersiapkan pakaian untuk wisuda. Saat itu aku bingung mau menjahit kebaya seperti apa. Aku memutuskan untuk menjahit kebaya model kutu baru dengan warna peach yang digunakan saat yudisium dan warna hitam untuk wisuda.
Akhirnya saat yang tepat untuk menggunakan kebaya tersebut sudah tiba. tanggal 23 September 2015 saya menggunakan kebaya berwarna peach untuk yudisium dan pada 25 September 2015 menggunakan kebaya warna hitam. Betapa bahagianya kedua hari tersebut. Namun di balik kebahagiaan tersebut, ada sedikit kesedihan yang aku rasakan yaitu orang tua ku tidak bisa menghadiri hari bahagiaku tersebut :(
Tapi bersyukur masih ada teman-teman dan saudaraku di sini yang bisa menemaniku menikmati hari bahagia dalam hidupku.
Akhirnya proses penambahan gelar pada namaku pun sudah terlaksana dengan baik. Kini namaku menjadi "Cristina Ratu, S.Par".

Dalam proses panjang meraih gelar ini tentunya aku tidak melaluinya seorang diri. Banyak pihak yang berandil di dalamnya. Terutama ada Tuhan Yesus yang sudah membimbing sejak awal sampai akhir proses ini.
Jadi, dalam kesempatan ini ingin rasanya mengucapkan terima kasih yang begitu besar untuk Tuhan Yesus, orang tua, saudara, sahabat dan juga semua yang telah mendoakan ku.
Trimakasih semuanya, salah satu mimpiku kini sudah menjadi kenyataan dan bersiap untuk meraih mimpi lainnya :)