Minggu, 26 Juni 2016

Sang Pemimpi

Aku menobatkan diriku sendiri sebagai sang pemimpi.
Bagiku, mimpi bukan hanya sekedar bunga tidur, yang kadang diingat kadang tidak.
Bagiku mimpi adalah hidupku. Aku hidup dalam mimpi dan aku menghidupi mimpiku. Hidup dan mimpi tidak bisa terpisahkan. Mereka adalah kesatuan yang membuatku ada. Ketika aku hidup tanpa mimpi, maka itu tidak layak kusebut kehidupan.
Aku ingin terus hidup. Oleh karena itu aku terus bermimpi. Aku tak tahu apa jadinya jika aku tidak bermimpi.
Aku bangga menjadi sang pemimpi. Semua hal yang terjadi pada ku, tidak lepas dari apa yang aku pernah impikan. Memang hal yang terjadi tidak selalu Indah. Tapi percayalah mimpi buruk akan segera berakhir.
Aku percaya semua impian akan menjadi nyata.

Senin, 20 Juni 2016

Titik (.)

Aku tak tau apa itu Cinta.
Yang aku tau saat kau bilang 'aku Cinta kamu' padaku, syaraf-syaraf dalam tubuhku kesemutan seperti lidah yang mengecap soda.
Ya.. kamu datang dengan begitu saja dalam hidupku. Mengisi salah satu lembaran hidupku yang masih begitu bersih.
Aku mencoba membiarkanmu memulai coretan titik pada lembaran yang masih putih bersih itu. Aku melihat coretan itu dan kupikir, Indah juga goresan tanganmu. Lalu kubiarkan kau lanjut mencoret dan menulis berbagai rasa dalam lembaran itu. Aku menengok lagi dan wow, makin Indah saja goresannya. Detik demi detik goresanmu makin memenuhi lembaran itu.
Tunggu! Aku ingin memastikan seberapa luas lembaran Cinta yang kumiliki dalam hidupku. Lalu kutengok, dan tidak ketumakan batas akhir dari lembaran ini. Akhirnya aku membiarkanmu melanjutkan tulisanmu itu.
Tulisan-tulisan yang kau tuliskan itu semakin memiliki arti dan makna yang mendalam. Sampai-sampai aku merasa bahwa aku sudah terbiasa dan sulit untuk terlepas dari goresan tanganmu. Tanpa disadari tulisan-tulisan yang kau goreskan itu kini bukan hanya tentang hal-hal Indah, bahkan hal-hal yang menyakitkan dan memilukan pun sudah kau goreskan. Aku sama skali tidk menyadari itu. Aku sudah sangat terlena dengan goresanmu. Aku seperti sudah dibutakan oleh tinta-tinta Cinta yang kau warnai dalam lembaran putih yang tadinya hanya dimulai oleh sebuah titik. Kini, aku berusaha untuk menghapus bagian-bagian yang menurutku menyakitkan, karena aku pikir mungkin kamu keliru menuliskannya karena kamu sudah terlalu asik mencorat-coret.
Tapi, tidak!!! Tunggu dulu!!! Ketika aku memalingkan wajah ke arahmu, aku melihat dengan begitu jelas bahwa kau menulis semua ini dengan penuh kesadaran. Tidak ada aroma kekeliruan dalam penulisan ini. Lalu, apa maksud tulisan-tulisan menyakitkan yang sudah kau tuliskan itu??? 
Apakah kamu sedang belajar menulis dengan menggunakan media lembaran hidupku? Kenapa harus aku yang kau pilih sebagai medianya? Kenapa bukan yang lain? Kau tau, menulis dalam lembaran hidup seseorang tidak semudah menulis di atas pasir yang akan dengan gampang terhapus oleh deburan ombak!!!
Kini aku memengang tanganmu, dan dengan sangat hati-hati aku memandumu untuk menyudahi tulisanmu dengan tanda titik. Karena kau telah mengawali dengan titik, kini kisahmu pun harus diakhiri dengan titik. 
Carilah lembaran lain yang bisa kau jadikan media untukmu belajar menulis. Dan ketika kau sudah sukses belajar menulis dengan indahnya, maka aku siap membuka kembali lembaran baru untukmu menulis lagi. Karena saat ini, aku juga ingin belajar untuk siap menerima tulisan-tulisan menyakitkan dalam lembaran hidupku.
Karena sejatinya hidup adalah belajar.
Selamat belajar untuk kita!!!