Minggu, 30 November 2014

KKN punya cerita

Part I *Registration*


KKN??

Oh noo!!!

Yups, mungkin itulah tanggapan ku saat mendengar bahwa jurusanku harus menghadapi yang namanya KKN. Aku kepikiran banget saat tau KKN tuh diwajibkan, sedangkan angkatan ku adalah angkatan kedua yang diwajibkan KKN. huuuhhhhhffff

Gimana gag kepikiran coba? Bayangin aja deh, kita harus tinggal di desa, selama satu bulan penuh, tanpa air bersih, tanpa listrik, tanpa makan mungkin. Hahaha (agak lebay sih)  Ya,, mungkin bisalah disamain dengan acara yang di TiPi2 tuh “Jika Aku Menjadi...” Cuma bedanya, tuh acara diliput sama stasiun TiPi, sedangkan kita mah diliput sama kamera HaPe aja kanggo dah (istilah Bali). Wkwkwk 

Selain itu, aku juga kepikiran sama orang2 yang bakal jadi teman2 KKN ku nanti. Ohh wooow,, aku mesti beradaptasi lagi sama wajah2 dan sifat2 orang baru... Issshhh.... Sempat kepikiran, boleh lah KKN, tapi please jangan sama orang2 dari fakultas lain. Kalo bisa sih sama anak2 sejurusanku aja lah.. hahaha (emangnya nih kampus nenek moyang mu? Wkwkwkwk). Bahkan kalo disuruh milih KKN atau PKL, mending aku milih PKL deh dari pada KKN.

Ternyata yang aku khawatirkan dari KKN tidak sampai di situ aja. Aku kepikiran sama tempat tinggal juga. Ohhh gossshhhhh,,, siapa cobak yang mau nampung kita selama satu bulan di desa, tidurnya dimana, tidur pake apa, de el el..

Aduuhhh,, semakin dipikirin malah semakin membuat stress berat mikirin KKN. akhirnya tanya2 deh sama orang2 yang udah melewati yang namanya KKN tuh. Kesan mereka sih positif semua, gag ada satu pun yang memberikan kesan negatif terhadap KKN. Gag tau deh mereka beneran atau cuma mau menghiburku aja. Ya, tapi lumayan menenangkan sih denger kesan mereka semua. Tapi ternyata, selain kesan yang mereka berikan ke aku, mereka juga ternyata menitipkan pesan secara tersirat untukku. Mereka bilang kalo KKN tuh ajang cari jodoh, cinlok, de el el yang berbau cinta gitu deh... Whattt?????? Ohhh gossshhhh,,I Hate to talk about love at all. Kekhawatiranku yang udah berkurang tadi, mendengar pesan tersirat mereka malah muncul kembali dengan stadium yang lebih parah, bisa dibilang stadium akhir dah kekhawatiranku. Trus ketemu sama teman2ku di kampus, mereka sih kelihatannya biasa aja deh menghadapi KKN nanti. Mereka malah menganggu ku dan bilang “cie, Tina takut KKN karena takut cinlok”. Haahaha. Apa aku aja yang lebay kali ya? Hhmm,, tapi gag juga sih. Wajar kok kekhawatiranku itu.. hihihi (tetep ya, membela diri..wkwkwk)

Ya udah lah kita tinggalkan dulu deh segala kekhawatiran2 itu. Toh, mau gag mau semuanya akan segera terjadi..  Sekarang saatnya fokus dengan segala berkas2 dan keperluan2 KKN. mulai dari daftar online, nyetor berkas ke bukit dan memilih lokasi KKN. Pemilihan lokasi KKN adalah salah satu bagian yang penting dan menentukan seru atau tidaknya KKN nanti.. wkwkwwk. Desas desus yang didengar dari senior sih, katanya kalo pemilihan lokasi harus cepet2an biar gag dapat lokasi yang terlalu jauh sampai nyebrang pulau gitu. Alhasil, sekitar 3 jam sebelum jadwal pemilihan lokasi dibuka, aku udah pantengin di depan laptop. Harapannya sih biar bisa ada waktu ntar buat milih2 lokasi. Tapi ternyata, online milih lokasi KKN tuh gag sesederhana yang dibayangin. Berkali-kali aku coba untuk login aja, nauzubillah deh susahnya... 3 jam sebelumnya online buat memilih lokasi ternyata masih kurang loh, bahkan untuk login pun susah juga... Group Line maupun Whatsapp kelasku mulai ribut deh, ting tong, ting, tong, ting, tong (jualan es kaleee. Haha).. Mereka mulai laporan deh di group. Ada yang bilang “aku udah loh”, ‘’aku belum nih’’, “login aja aku gag bisa’’ (ya, senasiblah kita), “aku dapat di Nusa Penida” (what??? Dalam hati aku bilang God, aku gag mau di sana, please), aku di sinilah, aku di situlah. (heloo teman2,, aku sama sekali belum bisa nih ,,,helpppp!!!!). Okee,, hampir semua teman kelas ku udah dapat lokasi. Diantara aku dan sahabat2ku (Inten, Rama dan Yuni), aku dan Inten lah yang senasib.  Rama udah dapat di Desa Budakeling-Karangasem, sedangkan Yuni di Desa Bedulu-Gianyar yang notabene di kampungnya sendiri. Duhhh,, enaknyaaaaa... Akhirnya Rama menawarkan untuk membantu aku dan Inten dalam pemilihan lokasi. Wahhh,, bagaikan menemukan oasis di tengah padang gurun deh rasanya tuh... wkwkwk. Saat Rama membantu kami berdua, ternyata yang tersisa untuk kami adalah Karangasem, Jembrana dan Nusa Penida. Jujur, target ku dari awal adalah Jembrana, dan Inten pun demikian, jadi otomatis Karangasem dan Nusa Penida di blacklist.. hehe. Ternyata untuk kabupaten Jembrana yang tersisa adalah tinggal 2 desa. Woowww,,, how  lucky both of us and I can’t believe it. Kedua desa itu adalah desa Ekasari dan desa Batu Agung. Woooowww,, I love this choice! Inten mengijinkan aku untuk memilih terlebih dahulu (aauuuu,, how sweet you are, Ten. Aku benar2 terharu deh. Wkwkwk). Dengan bahagianya aku memilih desa Ekasari dan otomatis Inten kebagian desa Batu Agung. Alasan aku memilih desa Ekasari adalah karena aku udah sangat sering ngelewatin desa itu saat aku penelitian lapangan di Desa Blimbingsari dulu, jadi udah adalah bayangan tentang lokasi itu. Hehe. Sedangkan kalo desa Batu Agung, aku gag ada bayangan sama sekali. Jadi, milih aman aja deh. Wkwkwk .Akkkhhh,, akhirnya setelah pemilihan lokasi tersebut, kini bisa tidur dengan nyaman dan nyenyak meskipun dengan kuantitas tidur sangat singkat, karena ternyata waktu sudah menunjukkan jam setengah 3 pagi, sedangkan besoknya harus bangun pagi.. hoaammmm :O
Ya, kurang lebih inilah hasil begadang malam pemilihan lokasi KKN


Jumat, 31 Oktober 2014

Time is endless (?)

Waktu!!!
Waktu itu sejenis apa ya?
Sejujurnya aku tak tahu bentuk pastinya. Tapi, yang aku dengar dari orang-orang sih waktu adalah uang.
Hmm,, apa iya?
Mungkin iya, mungkin juga tidak.
Bagi orang yang berorientasi pada uang misalnya para pekerja, mereka menganggap waktu adalah uang. Lalu bagaimana dengan kami sebagai pelajar atau mahasiswa? Apakah bagi kami waktu juga adalah uang?
Lagi-lagi jawabannya mungkin iya, mungkin juga tidak!
Yang menjawab iya, bisa jadi para pelajar yang menuntut ilmu sambil bekerja. Dan yang menjawab tidak, bisa jadi para pelajar yang hanya menjalani masa belajarnya tanpa menyibukkan diri dengan bekerja.
Bagi pelajar atau mahasiswa yang menjawab waktu bukanlah uang, aku yakin mereka bukan bermaksud untuk menyombongkan diri, seolah tidak membutuhkan uang atau seolah memiliki terlalu banyak uang.

Misalnya AKU.
Bagiku, waktu memang bukanlah uang.
Ya, apapun dan bagaimanapun wujud waktu, aku yakin waktu lebih dari sekedar uang.
Waktu menginterpretasikan banyak hal berharga di dunia ini. Hal berharga tersebut adalah berbagai hal yang tidak bisa dibeli dengan uang.

Lalu apa hubungannya waktu dengan pelajar atau mahasiswa (AKU)?
Bagi kami mahasiswa (baca : semester akhir), waktu memiliki dua arti. Yang pertama, waktu adalah setiap huruf yang menjadi kata, setiap kata yang menjadi kalimat, setiap kalimat yang menjadi paragraf, setiap paragraf yang menjadi sub bab, setiap sub bab yang menjadi bab, setiap bab yang menjadi sebuah laporan yang tercoret, entah di atas kertas atau di monitor laptop. Sebanyak atau sesedikit apapun huruf yang tercoret tersebut memberikan semangat bahkan motivasi tersendiri bagi kami. Ada senyum bahagia yang terpancar ketika melihat media yang kita gunakan ada sedikit coretan. Itu bagaikan coretan kehidupan. Bisa dibayangkan betapa berharganya waktu bagi kami. Kedua, waktu adalah membaca setumpuk buku, setumpuk jurnal, setumpuk hasil penelitian, setumpuk majalah, setumpuk surat kabar dan segala jenis berkas yang bisa dibaca. Seberapa banyak berkas yang telah dibaca, memberikan kebanggan tersendiri bagi kami, seolah-olah kami sudah menemukan tujuan kehidupan kami. (maaf, agak mendramatisir ya).
Tidak ada maksud untuk menakut-nakuti atau membanggakan diri, tapi itulah yang dapat kami deskripsikan dari waktu.

Oke, kalian sudah tau kan betapa berharganya waktu bagi kami sebagai mahasiswa (baca : semester akhir)?
Tapi, aku cukup prihatin dengan para mahasiswa (termasuk AKU) yang masih menikmati waktu untuk bermalas-malasan dengan mengucapkan "masih ada waktu".
Sebenarnya kata "masih ada waktu" itu bagaikan mantra Harry Potter yang dapat menghancurkan musuhnya. Namun, mantra ini justru dapat menghancurkan diri mahasiswa itu sendiri.
Hai mahasiswa, gunakan waktu yang kamu miliki dengan bijak sebelum waktu menjadi boomerang bagi dirimu sendiri!!! #talk to myself#

EVERY SINGLE TIME IS PRECIOUS


Ketika uang dapat membeli kebutuhan pokok manusia, ingatlah bahwa waktu dapat membeli segala sesuatu yang tidak bisa dibeli oleh uang. Jadi, jangan coba-coba beli makanan dengan menggunakan waktu, tapi gunakan waktu kalian untuk mencari makan. #iss,, opo seh#