Jumat, 31 Oktober 2014

Time is endless (?)

Waktu!!!
Waktu itu sejenis apa ya?
Sejujurnya aku tak tahu bentuk pastinya. Tapi, yang aku dengar dari orang-orang sih waktu adalah uang.
Hmm,, apa iya?
Mungkin iya, mungkin juga tidak.
Bagi orang yang berorientasi pada uang misalnya para pekerja, mereka menganggap waktu adalah uang. Lalu bagaimana dengan kami sebagai pelajar atau mahasiswa? Apakah bagi kami waktu juga adalah uang?
Lagi-lagi jawabannya mungkin iya, mungkin juga tidak!
Yang menjawab iya, bisa jadi para pelajar yang menuntut ilmu sambil bekerja. Dan yang menjawab tidak, bisa jadi para pelajar yang hanya menjalani masa belajarnya tanpa menyibukkan diri dengan bekerja.
Bagi pelajar atau mahasiswa yang menjawab waktu bukanlah uang, aku yakin mereka bukan bermaksud untuk menyombongkan diri, seolah tidak membutuhkan uang atau seolah memiliki terlalu banyak uang.

Misalnya AKU.
Bagiku, waktu memang bukanlah uang.
Ya, apapun dan bagaimanapun wujud waktu, aku yakin waktu lebih dari sekedar uang.
Waktu menginterpretasikan banyak hal berharga di dunia ini. Hal berharga tersebut adalah berbagai hal yang tidak bisa dibeli dengan uang.

Lalu apa hubungannya waktu dengan pelajar atau mahasiswa (AKU)?
Bagi kami mahasiswa (baca : semester akhir), waktu memiliki dua arti. Yang pertama, waktu adalah setiap huruf yang menjadi kata, setiap kata yang menjadi kalimat, setiap kalimat yang menjadi paragraf, setiap paragraf yang menjadi sub bab, setiap sub bab yang menjadi bab, setiap bab yang menjadi sebuah laporan yang tercoret, entah di atas kertas atau di monitor laptop. Sebanyak atau sesedikit apapun huruf yang tercoret tersebut memberikan semangat bahkan motivasi tersendiri bagi kami. Ada senyum bahagia yang terpancar ketika melihat media yang kita gunakan ada sedikit coretan. Itu bagaikan coretan kehidupan. Bisa dibayangkan betapa berharganya waktu bagi kami. Kedua, waktu adalah membaca setumpuk buku, setumpuk jurnal, setumpuk hasil penelitian, setumpuk majalah, setumpuk surat kabar dan segala jenis berkas yang bisa dibaca. Seberapa banyak berkas yang telah dibaca, memberikan kebanggan tersendiri bagi kami, seolah-olah kami sudah menemukan tujuan kehidupan kami. (maaf, agak mendramatisir ya).
Tidak ada maksud untuk menakut-nakuti atau membanggakan diri, tapi itulah yang dapat kami deskripsikan dari waktu.

Oke, kalian sudah tau kan betapa berharganya waktu bagi kami sebagai mahasiswa (baca : semester akhir)?
Tapi, aku cukup prihatin dengan para mahasiswa (termasuk AKU) yang masih menikmati waktu untuk bermalas-malasan dengan mengucapkan "masih ada waktu".
Sebenarnya kata "masih ada waktu" itu bagaikan mantra Harry Potter yang dapat menghancurkan musuhnya. Namun, mantra ini justru dapat menghancurkan diri mahasiswa itu sendiri.
Hai mahasiswa, gunakan waktu yang kamu miliki dengan bijak sebelum waktu menjadi boomerang bagi dirimu sendiri!!! #talk to myself#

EVERY SINGLE TIME IS PRECIOUS


Ketika uang dapat membeli kebutuhan pokok manusia, ingatlah bahwa waktu dapat membeli segala sesuatu yang tidak bisa dibeli oleh uang. Jadi, jangan coba-coba beli makanan dengan menggunakan waktu, tapi gunakan waktu kalian untuk mencari makan. #iss,, opo seh#

Jumat, 04 April 2014

My version of today's journey



Hari ini seru banget. Kemarin diajak Meydi buat nyari tugas Ekowisata di Desa Wisata Tenganan, Karangasem. Awalnya sih, agak males kemana-mana, tapi keingat sama quote yang dikasih sama Pak Sukana (dosen marketing), “to be wise, a man should read ten thousand books and travel ten thousand miles”, akhirnya aku mutusin untuk pergi aja deh. Hitung-hitung, aku belum pernah ke sana dan siapa tahu bisa dapat ide untuk PL3 di sana. hehe

Perjalanan kita ke Tenganan cukup panjang dan melelahkan dan panas banget pastinya, tapi tetap aja seru. Kami kesana berenam orang (aku, Inten, Rama, Ririn, Meydi & Yudha [cowoknya Meydi]). Perjalanan kami mulai dengan saling tunggu-tungguan, soalnya waktu keberangkatannya simpang siur dan berubah terus. Maklum kita-kita masih ababil, jadi mutusin waktu untuk pergi juga gag pasti. Wkwkwkwk. Awalnya kita rencana pergi jam 8, trus berubah lagi ke jam 10, trus balik lagi ke jam 8, tapi kenyataannya kita berangkat jam 9 (terlihat jelas, manusia boleh berencana, tapi tetap Tuhan yang menentukan). Hahaha

Perjalanan yang kami tempuh dari Denpasar ke Tenganan sekitar 2 jam, itu udah plus sama singgah sana dan sini plus nanya-nanya orang juga letak desa wisata ini, padahal si Meydi udah sering ke sana buat nyari tugas loh #hadeuh,, Meydi, Meydi. Nanti kalo ke sana lagi udah harus hafal loh, jangan lupa. Awass yaa# hahaha. Tapi, untunglah akhirnya bisa ketemu juga.

Sesampai di sana, langsung melakukan proses seperti yang biasanya dilakukan oleh para peneliti, yupss,, nyetor surat ijin biar bisa melakukan penelitian di situ dan yang paling penting biar bisa masuk gratis. Hahaha. Ternyata tanpa surat ijin pun emang free masuk ke Tenganan kok. Wkwkwkw

Pas masuk ke desanya, kita langsung disuguhkan oleh penampilan asli dari Bali. Jadi, kalo mau lihat Bali yang benar-benar asli, come on kunjungi desa ini, guys. Recommended banget buat kalian yang penasaran sama the real Bali appearance years ago. Bangunan rumah yang ada di desa ini saja sangat tradisional banget. Kata si Ririn, salah satu ciri khas perempuan di Tenganan ini memiliki rambut panjang. Aku jadi curiga nih, jangan-jangan si Inten orang asli Tenganan lagi, soalnya rambutnya panjang banget. Hahahaha #peace, Ten#

Tujuannya ke sana kan mau nyari tugas dan wawancara pihak pengelola. Ehh, ternyata pengelolanya lagi rapat gitu deh, akhirnya kita duduk menunggu di halaman depan. Karena bosan menunggu, kami (kecuali Meydi & Yudha) jalan-jalan keliling desa Tenganan untuk lihat-lihat dan foto-foto pastinya. Hhahaha. Setelah keliling-keliling, akhirnya kita ketemu satu spot yang keren banget buat berfoto. Bukan hanya itu aja, ternyata kita ketemu gaya baru buat berfoto, yaitu gaya superhero mau terbang gitu deh. Haha. Gaya itu tercipta karena tiba-tiba teringat sama gaya foto tamu Jepang yang pernah kita temenin dulu. Hahahaha

Setelah udah lelah berfoto, kita balik ke posisi semula, ternyata si Meydi & Yudha udah gag di posisi semula, mereka udah masuk dan terlihat sedang berbincang serius dengan sang Bapak pengelola. Tidak lama kemudian, mereka pun selesai berbincang dan kami segera melanjutkan perjalanan. Tujuan kami selanjutnya adalah *eng ii eng* cari makan. Sumpah, lapar banget loh, soalnya gag sempat makan sebelum berangkat tadinya. Dan tempat makan yang kami pilih adalah ayam betutu dan babi guling. #hmmm,, yummy. Slurrrrpppp# Karena sudah sangat lapar, makanan yang dipesan pun habis dalam sekejap mata. Hahaha

Perut sudah terisi penuh, berarti the journey must goes on. Tujuan kita selanjutnya adalah pantai. Yaa,, everyone likes beach, I guess. So do we!!! Udah jauh-jauh ke Karangasem, kayaknya kurang afdol deh kalo gag ke Blue Lagoon atau Virgin Beach yang terkenal itu. Akhirnya kita memilih ke Virgin Beach. Seperti perjalanan sebelumnya. Ternyata ke Virgin Beach juga kita harus tanya-tanya orang juga. hehe. Tapi, gag apa-apa. Malu bertanya kan sesat di jalan. Hahaha

Singkat cerita perjalanan panjang, akhirnya kita bisa ketemu juga petunjuk arah ke Virgin Beach nya. Masuk ke jalan tersebut awalnya lancar-lancar aja sih. Tapi, pas skitar 250 meter sebelum sampai di pantainya, ternyata jalannya belum aspal, masih berbatu dan cukup terjal. Aku degdegan banget, tapi si Inten yang nyetir biasa aja. But, no matter how hard the way, in the end we can see how beautiful the secret within. Terbayar sudah rasa lelah sepanjang hari itu saat mata dimanjakan dengan keindahan Virgin Beach. Rasanya seperti menemukan surga yang tersembunyi. Deburan ombak, pasir putih, awan biru, pulau karang dan semuanya yang terlihat sejauh mata memandang, telah menghipnotis kami terlelap dalam keindahan.
Dengan tidak berlama-lama lagi, kamipun mulai berfoto-foto karena itu merupakan agenda yang tidak boleh terlewatkan sedikitpun. Berfoto saja sebenarnya tidak cukup bagi kami. Hasrat untuk berendam sangat besar, sayangnya kami tidak membawa pakaian ganti. Jadi, keinginan untuk mandi laut dipending dulu ya. Haha

Setelah lelah berfoto dengan berbagai macam pose, akhirnya kami pun harus kembali ke dunia yang sebenarnya. Perjalanan pulang, kami lalui dengan melewati rute yang sama ketika datang. Di perjalanan, rasa kantuk pun mulai melanda ku. Entah kenapa, penyakit itu selalu saja datang menghinggapiku. Huaahhhh. Tiba-tiba di tengah perjalanan, di depan mata kami (aku & Inten) terjadi kecelakaan yang benar-benar membuat kami kaget. Bagaimana tidak, seorang bapak separuh baya jatuh dari motor yang dikendarainya karena tersenggol oleh truk yang melaju kencang. Bapak ini tergeletak di tepi jalan dengan posisi tengkurap. Jujur, kami berdua sempat shock dan tidak tau harus berbuat apa-apa. Masalahnya, truk itu melanjutkan perjalanannya begitu saja. Akhirnya kami menghentikan perjalanan sebentar untuk berusaha membantu bapak ini. Sambil Inten berusaha membangunkan bapak tersebut, saya mencoba cari pertolongan lain dengan menghentikan kendaraan yang lewat dijalan itu, karena tidak ada yang berhenti untuk menolong bapak itu selain kami berdua saja. Beberapa pengguna jalan yang saya mintai tolong, tidak ada yang mau menolong dan lewat begitu saja. Sampai ada seorang bapak dan istrinya yang berhenti dan mencoba menolongnya, barulah berdatangan orang lain untuk juga membantu. Syukurlah ada sebuah mobil pick up yang lewat dan membantu untuk membawa bapak itu ke rumah sakit terdekat. Sebenarnya saya sangat khawatir dengan keadaan bapak itu, karena saat kecelakaan tadi, keluar darah dari mulutnya dan terlihat dia mengalami benturan yang sangat keras. Semoga bapak itu akan baik-baik saja dan bisa ditangani dengan baik. *amin*

Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan kami kembali. Sesampai di Denpasar, aku berinisiatif untuk mampir makan jagung di Renon. Akhirnya kamipun mampir dan mengajak Rama & Ririn yang sudah terlebih dahulu sampai di kampus  untuk makan bersama. Sebenarnya sudah sejak lama kami merencanakan untuk makan jagung di tempat itu, namanya Jagung Sion. Dan tadi kesampaian juga makan bareng teman-teman ku ini di situ. Hehe

Akhirnya, perjalanan panjang kita hari ini ditutup dengan makan jagung bersama. Yeeeyyyy

Oke guys, sampai jumpa di perjalanan selanjutnya ya!!!

Jumat, 07 Maret 2014

F.R.I.E.N.D.S



Every Now And Then
We Find a Special Friend
Who Never Lets Us Down
Who Understands It All
Reaches out Each Time You Fall
You're The Best Friend That I've found

I Know You Can't Stay
A Part of You Will Never Ever Go Away
Your Heart Will Stay

I'll Make a Wish for You
And Hope It Will Come True
That Life Would Just Be Kind
To Such a Gentle Mind
If You Lose Your Way
Think Back On Yesterday
Remember Me This Way

I Don't Need Eyes to See
The Love You Bring To Me
No Matter Where I Go
And I Know That You'll Be There
Forever More a Part of Me, You're Everywhere
I'll always Care

And I'll Be Right behind Your Shoulder Watching You
I'll Be Standing by Your Side and All You Do
And I Won't Ever Leave
As Long As You Believe
You Just Believe


Familiar gag sama kalimat-kalimat di atas? Coba tebak. Itu apa hayoo? Puisi? Lirik lagu? Prosa? Pantun? Apaan sih? (KEPO ya?) hahaha
Yupps,, itu adalah lirik lagu yang dinyanyiin oleh Jordan Hill, judulnya Remember Me This Way. Lagu itu merupakan sound track dari film Casper.
Tapi, lagu ini pertama kali aku dengar saat audisi Indonesian Idol 2014, waktu itu dinyanyiin oleh salah satu kontestan asal Makasar, yaitu Yunita Nursetia.
Gilaaaa…. Baru pertama kali dengar aja aku udah jatuh cinta banget sama lagu ini. Alhasil, saat itu juga langsung aku download MP3 nya dan memutarnya berkali-kali di playlist ku sampai hafal liriknya. Hehehe

Keingintahuanku gag sampai disitu saja. Saking penasarannya, aku search film Casper dan cari pas di part mana sih lagu ini dinyanyikan. Ternyata, lagunya diputar saat sang cewek harus berpisah dengan si Casper yang menjadi manusia, namun pertemuan mereka hanya sebentar, karena si Casper harus kembali ke dunianya. Aku baru tau kalo ceritanya seperti itu. (maklum,,, aku gag tau kalo ternyata Casper ada life action nya dan bahkan cartoon nya aja tidak ku tonton sampai selesai) hahahaha

Tapi, terlepas dari ketidaktahuan dan rasa penasaran ku itu, aku teringat akan sahabat-sahabat ku. Trus??? Ya udah, lagu itu dan postingan ini aku dedikasikan buat sahabat-sahabat ku. Moga-moga mereka baca ya. #mupenggggggg#
Siapa aja sahabat-sahabat yang ku maksud? Sahabat ku banyak loh. Lebih dari satu pokoknya. Hahaha. Ada sahabat dari jaman SMA dan ada juga sahabat yang aku temukan saat kuliah (ceileehhh,, ditemukan? Kayak apa aja. #LOL#)

Dulu jaman SMA aku punya 4 orang sahabat, jadi cerita nya waktu itu lagi in banget sinetron Kepompong. Akhirnya dibentuklah kayak geng-geng gitulah dengan nama Chrysalis Crew, yang mana kalo diterjemahin ke Bahasa Indonesia, artinya Kepompong… #LOL# Gag ada niat untuk disama-samain sih, soalnya jelas aja bedaaaa banget…. Hahahaha.

Yaa,, aku gag mau cerita banyak soal sahabat SMA ku dulu, soalnya focus postingan ku saat ini adalah sahabat yang aku temukan di bangku kuliah ini.
Yuppss,, tapi aku gag tau harus mulai cerita nya dari mana. Soalnya aku juga gag tau sejak kapan kita bersahabat. Yang aku tau sih, kalo jalan sama mereka, aku merasa nyaman-nyaman aja. Karena bagiku kenyamanan merupakan salah satu criteria sahabat, jadi aku sebut mereka sahabat. Tapi aku coba ingat-ingat kembali prosesnya ya. Hehe

Dulu sejak awal masuk kuliah, aku punya teman nama nya Sri. Dia asalnya dari Jakarta. Sekitar 2 semester kita berteman sangat dekat, saking dekatnya kehidupan di kampus kita selalu bersama, dan bisa dibilang dunia hanya milik berdua. Sampai mungkin akhir semester 2, Sri kembali ke Jakarta dan pindah kuliah di sana. Aku tidak tau apa alasan jelasnya kenapa dia pindah, tapi setelah kepindahannya itu, aku menjalani kehidupan kampus seorang diri. Bukan karena teman-teman lain tidak mau berteman dengan ku, tapi karena saat itu aku belum bisa beradaptasi dengan teman lain selain Sri. (so sweet banget yeey) But, life must go on…

Yaaa,, sampai akhirnya aku berteman dekat dengan Inten sampai saat ini. Sebenarnya sih aku sudah kenal Inten sejak kersos. Tapi, kita gag terlalu dekat waktu itu. Tapi, kemudian semakin hari pertemanan kita semakin erat. Kita sering ke kampus bareng dan selalu pulang bareng, kerja tugas bareng, dan kemana-mana selalu bareng. Kalo ada saat aku sendiri yang terlihat di kampus, pasti selalu ditanya, Inten mana? Begitu pun sebaliknya. (Kayak pinang di belah sensor)hahahaha

Sampai pada saat Penelitian Lapangan 2, kita dapat lokasi penelitian di Ubud. Waktu itu anggota kelompok kami ada Aku, Inten, Rama, Yuni dan Yano. Kedakatan kami di kelompok ini semakin intens karena mengharuskan kami untuk selalu bersama-sama terus di lapangan dan membuat laporan. (terutama Aku, Inten, Rama dan Yuni)

Sampai saat ini kami masih nyaman bersahabat dengan baik. Banyak hal yang kami lakukan bersama. Selalu kerja tugas bersama, selesai ngampus nyari tempat tongkrongan baru (kalo gag dapat tempat tongkrongan, nongkrong di kos ku atau kos Yuni deh…hahaha), pokoknya selalu bareng-bareng deh. Yang beda di sini, semuanya jomblo dan Cuma Yuni doing yang udah punya pacar (ah,, Yuni gag kompak deh)wkwkwkwkwkwk. Alhasil, Yuni selalu di bully. Aneh ya, dimana-mana justru orang yang jomblo yang dibully, eh nih malah kebalik lagi..hahaha (itulah uniknya persahabatan kami) (^O^)

Pokoknya gag peduli nanti kita akan terpisah oleh ruang dan waktu, yang penting kita tetap akan bersahabat selamanya.
Here we are (^0^)







 Real Friends Treat You Like Family

Kamis, 06 Maret 2014

POVERTY TRAUMATIC



I don’t know what is in my mind right now. But, after the dinner with Miss Adele from Thailand was over, I always remember what she said about trauma, especially poverty traumatic. I have no idea what is the action to do for lost that trauma, but for sure I know the impact of that trauma is so complete, such as lack of confidence, feel not precious, and not believe in their dreams. I think there is yet another impact that unable to mention.

Generally, people just thinking to erase the poverty and make welfare but, they are forget to think about how to losing someone traumatic of poverty, mostly for children. They can’t handle their trauma so we can see many children living in uncontrolled condition and emotion. For example, children are the doer of criminal somewhere. They were doing that because they are in under poverty pressure.

Poverty that I meant is substandard living condition especially in economic aspect. Even though poverty is not just about economic actually, but it’s visible the most. Economic aspect influences most of the other aspects. As we know that many kind of poverty that people often talking about is opposite of economic, non-economic. Condition of non-economic such as oppress system, lack the access of social service, incapability, damage identity, relationship dynamic in community and spiritual dynamic.

Ok, back to the topic that I meant. When we know about those impacts, what would we do? I think now is the best time to think what actions that we must to do. Not only erase the poverty but also heal the traumatic itself. Firstly, we must sensitive to people around us, because not all people can show what they feeling. So we should understand their gestures. Who knows their heart so fear for something? Then, respect and care each other. No matter who you are, please do both of short steps and look the result. We can cut down the traumatic. I believe it and I’ll try. When you do it unceasing, increasingly many children will soon heal.

“A Child May Be Born Into Poverty but Poverty Is Never Born Into a Child”